oleh

Ada 4 Alasan Golkar Minta Pileg dan Pilpres di Evaluasi

-Politik-58 views

MEDAN, Eksisnews.com – Ada 4 (empat) alasan bagi DPD Partai Golkar Provinsi Sumatera Utara meminta penyelenggaraan Pemilu tahun 2019, terutama untuk penggabungan pemilihan legislatif (Pileg) dan pemilihan presiden (Pilpres) agar di evaluasi.

“Kedepan Pileg dan Pilpres nggak bisa digabung lagi, untuk hal ini kita sudah satu suara minta di evaluasi,” kata Pelaksana tugas (Plt) Ketua DPD Partai Golkar Sumut, Ahmad Doli Tanjung, Minggu (25/5/2019) malam usai buka puasa bersama para wartawan.

Sebagai salah satu bukti, ungkapnya, seperti terjadi di Bakrie Sumatera Plantation (BSP) Asahan,”Saya lihat langsung di lapangan memang tingkat keterpilihan orang datang ke TPS besar tetapi yang mereka pilih itu Pilpres lebih banyak dibanding untuk Pileg,” serunya.

Hal ini bisa dilihat pada populasi di kebun BSP yang terdapat 10 estatet dengan jumlah karyawan  3370 lebih, faktanya yang memilih 01 berjumlah 3700 yang pilih 02 ada 7400 lebih, jadi total yang memilih Pilpres adalah 11 ribu lebih.

Padahal jumlah karyawan, paparnya kembali, sebanyak 3370 lebih, ini berarti pemilih dari anak, istri dan suami ikut memilih,”Tapi saat milih DPR RI jumlah pemilihnya cuma  2600, ini berarti ada karyawannya tak milih, begitu juga untuk DPRD provinsi turun hanya 1800, setengahnya pun tak sampai,” jelasnya.

Doli juga melihat fakta lainnya dari penggabungan di Pemilu ini, cenderung menimbulkan rikuh, mulai dari partai politik (parpol) rikuh dan tidak all out, terutama yang tidak memiliki calon presiden.

“Jadi, banyak kerumitan yang muncul pilpres digabung,” ujarnya.

Alasan ketiga, tambahnya, terhadap sistem pemilu yang juga harus di evaluasi. Sistem pemilu legislatif  didunia hanya ada dua yakni proporsional tertutup dan distrik.

“Kita di Indonesia ini tak proporsional tertutup juga tidaj distrik, jadi tak tau basis teorinya. Oleh karena itu kita minta di evaluasi,” tukasnya.

Terakhir, soal pendidikan politik itu harus menjadi isu yang serius.”Isu money politik, transaksional masih terjadi secara masif bahkan ditunjukkan tanpa ada rasa malu alias biasa-biasa saja,” tutupnya.(ENC-2).

Komentar

Baca Juga