oleh

Gempur Kampung Narkoba di Ampera III, Seorang Warga Tewas

MEDAN, Eksisnews.com – Tak terima anak mau ditangkap oleh empat petugas Kepolisian berpakaian preman dari lokasi TKP yang tepatnya berada di Jalan Muhktar Basri, Gang Ampera III, Lingkungan I, Kelurahan Glugur Darat, Kecamatan Medan Timur,  Said Muhammad Rozali (67) meninggal dunia, diduga akibat didorong oleh seorang petugas yang melakukan Gempur Kampung Narkoba (GKN) di lokasi TKP, Senin (06/01/2019) tepat sekira pukul 17.45 WIB.

Informasi yang diperoleh Eksisnews.com di lokasi, korban yang memiliki  empat anak itu, saat hendak menghalangi pihak petugas yang akan menangkap anaknya bernama Saleh, diduga korban didorong oleh seorang pihak petugas Reskrim Polsek Medan Timur berinsial Arfn. Akibat hal itu, korban yang awalnya terjatuh, akhirnya tewas.

Menurut keterangan dan amatan wartawan di lokasi tempat kediaman rumah korban, salah seorang keponakan korban yakni Novita Sari (32) didampingi keluarga, di hadapan sejumlah wartawan menjelaskan, awalnya, Saleh yang merupakan anak korban tersebut baru pulang kerja ngojek dan tiba-tiba saat dirinya mendapatkan kabar jika ada beberapa petugas Polisi yang sedang melakukan pengembangan dengan berpakaian preman mengendarai dua unit sepeda motor bersama seorang pria (tersangka narkoba, red) bernama Tama masuk ke dalam lingkungan wilayah tempat tinggalnya. Tanpa adanya ijin dari kepala lingkungan (kepling) setempat langsung melakukan penggrebekan ke dalam rumah salah seorang tetangganya yang berinsial A.

Mendengar hal itu, selanjutnya anak korban Saleh, usai memberitahukan hal tersebut ke Kepling yang kemudian langsung di datangi empat petugas tersebut diduga menuduh Saleh (anak korban) telah melempar dengan batu ke seng rumah.

Merasa tak bersalah dan tidak terima dituduh oleh sejumlah petugas tersebut langsung saja anak korban melawan agar tidak ikut turut ditangkap petugas.

“Awalnya seperti yang kita jelaskan itu bang dan tentu saja si Saleh yaitu saudara kami ini yang baru pulang kerja ngojek dituduh oleh keempat orang polisi itu yang salah satunya petugas warga Ampera sini juga berinsial Arfn, menuduh kalau anak korban itu telah melempar batu ke arah seng rumah, pada hal si Saleh yang mendapatkan informasi tersebut dimana para petugas dengan membawa seorang tersangka Tama yang hendak masuk ke dalam rumah warga dengan untuk melakukan penangkapan tanpa prosedur memberitahukan ke pihak Kepling itu tidak ada, jadi dia (Saleh) yang baru memberitahukan ke Ibu Kepling itu dia langsung pulang ke rumah, ehh tiba-tiba aja mereka mengejar nya untuk mau ditangkap,” jelas Novita Sari yang mengaku sebagai keponakan korban menjelaskan dihadapan sejumlah media dengan wajah kecewa bercampur sedih atas tindakan para petugas Kepolisian tersebut.

“Nah, melihat si Saleh yang mau ikut ditangkap dengan tuduhan itu, kita semua menjerit ke arah petugas supaya Saleh yang tak bersalah jangan ikut ditangkap bang, lalu oleh ayahnya (korban), langsung berlari menghalangi keempat petugas dari Polsek Medan Timur itu supaya anaknya yang tak bersalah agar jangan ikut ditangkap bang,” ucap wanita keturunan India berkulit hitam manis itu.

Dia juga mengatakan kalau para petugas Polsek Medan Timur itu datang dari arah belakang rumah yang hendak mau menangkap anak si korban Said Muhammad Rozali (67).

Lanjut Novita lagi dengan suara keras karena merasa kecewa bercampur emosi melihat kinerja para petugas yang dengan arogannya melakukan penangkapan hingga korban yang merupakan ayah si Saleh meninggal dunia yang di duga akibat didorong dengan arogansi yang dilakukan oleh salah seorang petugas berinsial Arfn.

“Kemudian, biar tauh orang abang-abang wartawan ya, kami semua warga yang ada di sini semua melihat langsung aksi arogansi nya para petugas itu, dimana salah seorangnya berinsial Arfn itu mendorong korban sampai korban terjatuh dengan posisi terduduk dan langsung kejang-kejang yang kemudian tak bergerak lagi.

Melihat korban dengan kondisi seperti itu akibat didorong kuat oleh seorang petugas tersebut, selanjutnya korban yaitu uwak kami tersebut langsung kita larikan ke Rumah Sakit Imelda dan pihak petugas rumah sakit mengatakan kalau korban sudah tewas bang,” jelasnya kembali yang dibenarkan oleh warga tetangga korban beserta pihak keluarganya dengan suara keras bercampur emosi menjelaskan di hadapan para wartawan yang hadir di lokasi tempat kediaman rumah korban.

Salah seorang warga setempat lainnya yang ada turut ikut menyambangi penjelasan Novita Sari tersebut mengatakan, oleh warga dan pihak keluarga yang mendengar jawaban para pihak petugas RS Imelda itu yang menuturkan jika korban sudah tak bernyawa lagi langsung emosi yang selanjutnya semua warga setempat secara beramai-ramai yang sudah tersulut emosi langsung melakukan penghadangan terhadap ke empat orang petugas itu untuk dipertanggung jawabkan.

“Ya tentu bang karena kami semua yang tidak terima atas perbuatan petugas itu yang dilakukan oleh seorang petugas berinsial Arfn itu terhadap korban, langsung saja semua masyarakat setempat secara beramai-ramai langsung emosi dan berusaha menahan keempat petugas yang ada sambil membawa seorang tersangka yaitu si Tama, agar tidak boleh keluar atau lari dari lokasi dimana supaya mereka harus mempertanggung jawabkan hasil perbuatannya yang telah membuat ayah si Saleh meninggal dunia,” kata Elita yang mengaku jika korban merupakan abang iparnya yang juga mengatakan korban akan dikebumikan pada Selasa (08/01/2019) tepatnya di perkuburan TPU yang tak jauh dari lokasi tempat kediaman rumah korban.

 Elita juga mengatakan, jika selain itu juga, para petugas sempat mengeluarkan tiga kali tembakan ke atas saat berada di tengah-tengah keramaian warga yang hendak melakukan penahanan terhadap keempat petugas untuk meminta pertanggung jawaban atas hasil ke arogansian petugas sampe satu orang korban tersebut meninggal dunia.

“Selain itu bang, mereka pun sempat meletuskan kalau tak salah sampe tiga kali tembakan ke atas saat di lokasi pas ramainya warga setempat yang mau berusaha untuk menahan para petugas itu untuk mempertanggung jawabkan perbuatan petugas tersebut dan kami semua sebagai warga sangat tidak terima atas tindakan perbuatan petugas kepolisian yang informasinya dari pihak Polsek Medan Timur. Apa lagi salah seorang petugasnya berinsial Arfn merupakan warga Ampera daerah kawasan Ampera,” jelas Elita sembari meraung raung menangis meminta pertanggung jawaban pihak petugas yang terkesan arogansi tersebut.

Lanjutnya di hadapan media jika korban sempat pernah mengidap penyakit jantung.

“Oh ia, korban juga dulu pernah mengidap penyakit jantung tapi sudah sembuh,” kata Elita mengakhirin keterangannya di hadapan wartawan.

Begitu juga dengan warga setempat yang berada di TKP dengan suara emosi bercampur kecewa atas tindakan arogansi perbuatan petugas tersebut, yang diduga menimbulkan salah seorang warga yang memiliki  empat anak pria dan satu isteri meninggal dunia.

“Kami semua tak terima atas sikap tindakan kearogansian para petugas itu, di tempat tinggal lingkungan kami ini, kalau mau menangkap ya silahkan saja namun harus secara prosedur tanpa adanya sikap kearogansian seperti tadi dan kami memohon serta meminta ke adilan ke Bapak Kapoldasu dan Kapolrestabes Medan agar petugas tersebut di amankan serta diberi tindakan sanksi secara tegas atas hasil perbuatan mereka bang,” teriak warga dihadapan wartawan.

Dalam amatan wartawan di lokasi tempat kediaman rumah korban, terlihat sanak keluarga beserta warga setempat meraung menangis melihat jasad korban yang sudah tak bernyawa lagi dibawa dari RS Imelda.

Bahkan dari pihak kepolisian yang tiba di lokasi TKP tampak terlihat melakukan proses olah TKP beserta pengamanan guna pengantisipasian.

Selain itu juga, tampak terlihat salah seorang pihak petugas berpakaian preman yang di ketahui informasinya dari Polsek Medan Timur yaitu berinsial Arfn mengenakan baju warna putih, berambut panjang langsung di amankan oleh pihak petugas Kepolisian Unit Propam Polrestabes Medan guna proses lanjut yang ada.

Terpisah, Wakapolrestabes Medan AKBP Rudi Rifani kepada sejumlah wartawan di lokasi Jalan Muhktar Basri Medan mengatakan, jika tersangka yang ada bersama barang bukti nya beberapa paket sabu sudah dibawa ke Polrestabes Medan. Begitu juga dengan salah seorang petugas Polsek Medan Timur berinsial Arfn turut serta ikut juga diamankan pihak Kepolisian Unit Propam ke Polrestabes Medan untuk diproses lebih lanjutnya lagi.

“Tersangka bersama beberapa barang bukti berupa paketan narkoba Sabu yang ada sudah di amankan dan satu orang petugas yang berinsial Arfn tadi pun turut sudah di amankan pihak Propam Polrestabes Medan untuk proses yang ada. Dan pihak kepolisian juga atas adanya hal ini,  akan melakukan proses yang ada dengan meminta keterangan dari saksi-saksi yang ada di lokasi TKP,” kata Wakapolrestabes Medan dihadapan wartawan.

Orang nomor dua di Polrestabes Medan ini juga mengatakan kemungkinan korban tewas yang di duga selain usianya sudah mulai tua juga diduga akibat adanya penyakit yang pernah di hidap oleh korban.

“Kemungkinan korban tewas di duga akibat adanya salah satu penyakit yang pernah di hidap oleh si korban, apa lagi informasinya kalau korban usianya mulai tua, namun kejadian hal itu tetap kita proses dan tindak lanjuti,” tandas AKBP Rudi Rifani.

Amatan di kediaman korban, selain pihak keluarga, warga juga terlihat berdatangan beramai-ramai turut berduka cita melayat takjiah di kediaman rumah duka, Selasa (07/01/2019). (Bucos)

Komentar

Baca Juga