oleh

Harga CPO Tren Naik Jelang Akhir Tahun

MEDAN, Eksisnews.com – Harga CPO selama bulan Desember 2018 atau akhir tahun ini pada dasarnya mengalami kenaikan. Tren penurunan harga CPO itu terjadi di bulan Februari hingga akhir November 2018. Selama tahun berjalan, harga CPO itu sempat mengalami penurunan dari kisaran posisinya $710 per ton menjadi sekitar $540 per Tonnya. Turun sekitar 24 persen selama tahun berjalan.

Pelemahan harga CPO di pasar global itu juga seirama dengan harga kedelai yang juga anjlok dalam periode yang sama. Harga kedela yang selama tahun berjalan juga mengalami keterpurukan akibat terjadinya perang dagang antara AS dan China. Harga kedelai yang sempat menyentuh $10.7 di bulan maret terpuruk hingga ke level $8.14 di november.

Penurunan pada harga kedelai juga sama, yakni sekitar 24 persen. Jadi memang sawit dan kedelai ini masih menjadi substitusi bagi dua komoditas tersebut. Namun harga berangsur pulih di bulan Desember ini. Setelah ada kesepakatan genjatan senjata antara AS dengan China. China akhirnya kembali membeli kedelai dari AS yang perlahan mengerek kenaikan pada harga kedelai tersebut.

Sejauh ini, harga kedela mulai merangkak naik dikisaran $9 per bushel, atau sekitar $374 per Metric Ton. Dan harga CPO juga demikian, meningkat selama bulan desember menjad RM 2185. Di awal desember harga CPO sempat menyentuh RM 2000 per ton. Kenaikan harga kedelai dan sawit tersebut tentunya memberikan keuntungan bagi petani kita.

“Sejauh ini, saya melihat ada sedikit kenaikan pada harga sawit menjadi 900 an per Kg di tingkat petani. Setelah sebelumnya sempat anjlok hingga ke level 700 per Kg. Anjloknya harga sawit tersebut sejauh ini memang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal. Dimana Ada perang dagang yang memicu terjadinya penurunan harga dan stok CPO yang mengalami peningkatan,” kata pengamat ekonomi, Gunawan Bunyamin, Jumat (21/12/2018).

Berpengaruh ke daya beli

Meskipun di desember ini kinerjanya mulai membaik, namun harga belum sepenuhnya pulih. Hal tersebut memberikan dampak serius terhadap memburuknya daya beli masyarakat. Terlebih Sumatera Utara ekonominya sangat bergantung kepada sawit. Sekitar 65 persen sawit mendominasi ekonomi di wilayah Sumatera utara.

Jadi memang dampaknya sangat signifikan sekali terhadap daya beli masyarakat di wilayah Sumatera Utara.”Menjelang natal saya menilai masyarakat kita akan lebih banyak berhemat karena terjadi penurunan pada sisi pendapatan. Penjualan ritel di Sumatera Utara berpeluang mengalami penurunan nantinya. Pukulan hebat pada harga sawit ini akan menekan daya beli kita,” sebutnya.

Akhir tahun 2018 ini menjadi tahun yang tidak begitu baik bagi Sumut. Imbas perang dagang negara besar mengakibatkan pukulan telak bagi perputaran roda perekonomian di wilayah Sumatera Utara. Sementara itu, upaya meningkatkan konsumsi CPO untuk digunakan sebagai Bio Diesel membutuhkan jalan panjang dan tidak instan.

Jadi memang harga sawit sepenuhnya masih akan bergantung kepada supply and demand itu sendiri. Dan sayangnya kita masih menunggu perbaikan konsumsi sawit global seperti permintaan dari china, India maupun Eropa yang menjadi pangsa pasar kita saat ini. Namun sayang seribu sayang saat ini perekonomian negara tujuan ekspor sawit kita juga tengah bermasalah.(E2)

Komentar

Baca Juga