oleh

Bunga Acuan BI Naik 6 Persen Disebut Pemicu Rupiah Menguat

MEDAN, Eksisnews.com    Bank Indonesia kembali menaikkan besaran bunga acuannya atau BI 7 DRR menjadi 6 persen. Kenaikan besaran bunga acuan sebesar 25 basis poin tersebut menjadi pemicu penguatan mata uang Rupiah. Dan pada hari ini, Rupiah diperdagangkan menguat pada hari ini dikisaran level 14.680 an per US Dolar. Cukup signifikan dibandingkan dengan posisi sebelumnya dimana Rupiah mendekati angka psikologis 14.800.

“Kebijakan Bank Indonesia ini menurut hemat saya lebih bersifat antisipatif. Mengingat memang akan ada kebijakan yang sama dari Bank Sentral AS yang kemungkinan besar akan menaikkan bunga acuannya menjelang akhir tahun 2018 nanti. Jadi memang ada serangkaian kebijakan yang dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan membaiknya kinerja US Dolar kedepan,” kata Gunawan Bunyamin pengamat Ekonomi Sumut, dalam keterangan, Kamis (15/11/2018) di Medan.

Kebijakan menaikkan suku bunga acuan tersebut, dikatakannya,  memang akan membuat rupiah menguat sementara waktu. Sejumlah sentiment eksternal masih akan terus membayangi serangkaian kebijakan pemerintah setidaknya hingga 2019 mendatang. Sehingga bisa disimpulkan kebijakan Bank Sentral Indonesia di masa yang akan datang cenderung sangat ketat.

“Kebijakan suku bunga acuan kita belakangan ini memang tidak sepenuhnya merefleksikan besaran inflasi. Kenaikan suku bunga bukan saat ini bukan hanya dilakukan untuk menjaga imbal hasil produk investasi di tanah air. Lebih dari itu, ada sejumah masalah besar dimana kita juga harus mengimbangi atau setidaknya menjaga spread imbal hasil antara Rupiah dan USD,”sebutnya.

Capital outflow menjad pertimbangan mengapa bunga haus menyesuaikan dengan besaran acuan bunga di AS. Ini yang sangat merugikan perekonomian nasional belakangan ini. Disaat inflasi jelas terlihat bergerak sangat rendah, namun justru bunga acuan secara konsisten bergerak naik. Disaat AS menikmati pertumbuhan ekonominya saat ini, Indonesia justru harus disibukkan dengan sejumlah penyesuaian.

Disisi lain, saat perekonomian AS cenderung mengalami perlambatan dan membutuhkan stimulus. Arus dana asing yang masuk begitu besar sehingga membuat rupiah mengalami penguatan. Namun semuanya selalu berakhir sama, yakni kita dipaksa untuk menyeimbangkan neracanya.(E2)

Komentar

Baca Juga