EKSISNEWS.COM, Medan – Forum Daerah (Forda) Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Sumut mendukung dan mengapresiasi digelarnya Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XXI Aceh-Sumut 2024. Dengan adanya PON dapat mendongkrak penjualan dan mempromosikan produk UKM di Sumut khususnya di 10 kabupaten/kota tempat digelarnya aneka pertandingan.
Demikian disampaikan Ketua Forda UKM Sumut, Sri Wahyuni Nukman saat diwancarai wartawan, Minggu (18/8/2024) dengan ditunjuknya Sumut menjadi tuan rumah PON XXI.
“Dengan momen PON 2024 ini akan banyak tamu yang datang ke Sumut. Dimana pelaksanaan di Sumut melibatkan 6.281 orang, dengan dukungan dari 3.140 orang offisial tentu ini peluang UKM untuk mempromosikan produk unggulan mereka,” harapnya.
Untuk itu khusus produk makanan, minuman, souvenir dan lainnya hendaknya semua diambil dari produk lokal. “PB PON harus betul-betul memberikan yang terbaik. Semua produk yang digunakan baik makanan dan minuman semuanya harus dari produk lokal, jangan diambil dari luar. Sebab, semua itu ada di Sumut. Apalagi untuk jenis kuliner. Sumut ini sudah sangat terkenal bahkan hingga ke mancanegara.
Kemudian tegasnya, untuk vendor masing-masing produk yang ikut berperan di ajang besar itu jangan hanya beberapa vendor saja. Karena untuk memenuhi kebutuhan konsumsi (makan dan minum) ribuan orang setiap hari itu harus maksimal pelayanannya. Harus melibatkan banyak vendor, supaya adil dan merata. “Ini juga momen bagi pelaku usaha untuk menambah pendapatan, ini peluang kita jangan kita sia-siakan kesempatan yang sudah di depan mata,” katanya.
Sebelumnya Kadis Koperasi dan UKM Sumut Dr Naslindo Sirait MM mengatakan, untuk mendukung PON Pemprov Sumut melakukan proses kurasi kepada 300 usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk berpartisipasi pada pelaksanaan PON XXI yang berlangsung pada 8-20 September 2024.
Naslindo mengatakan dalam proses kurasi itu parameter yang dijadikan seperti pada produk olahan makanan dan minuman dengan memiliki sertifikat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) maupun sertifikat halal.
Selain itu, pihaknya melihat produk olahan makanan itu dari sisi tampilan, kemasan dan rasa. Sementara, pada produk pakaian dinilai dari segi produk yang ditampilkan. “Semua produk tersebut juga dilihat dari harga jual. Itu parameter yang sedang kami gunakan,” katanya. (ENC-1)
Komentar