EKSISNEWS.COM, Medan – Menteri Keuangan (Menkeu) RI, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan kontribusi sektor keuangan terhadap perekonomian dalam negeri masih kecil, kapitalisasi pasar modal di Indonesia hanya 48%, harus terus didorong untuk semakin produktif.
“Masih berorientasi pada akumulasi dana jangka pendek, ini sangat menyulitkan kebutuhan pembangunan yang membutuhkan sumber dana jangka panjang, misalnya pembangunan infrastruktur, yang butuh dana besar dan butuh pengembalian jangka panjang. Apalagi 80 persen asset keuangan masih dari sektor perbankan, mayoritas deposito. Industri asuransi yang bisa jangka panjang kontribusinya hanya 14%. Ini menjadi tugas Menkeu, BI, LPS, OJK yang tidak mudah,” kata Sri Mulyani dalam webinar Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (Like It) bersama-sama , Gubernur Bank Indonesia (BI) Ferry Warjiyo, Ketua Dewan Kmisiner Lembaga Penjamin Simpanan, Purbaya Yudhi dan Ketua Dewan Komisioner otoritas jasa Keuangan, Mahedra Siregar, kemarin.
Lebih lanjut, dijelaskannya, meski pandemic Covid-19 semakin terkendali, namun itu tidak berarti pemulihan ekonomi berjalan lancar dan mulus, pada saat yang sama risiko perekonomian global bergesar dari pandemi ke non pandemi, yaitu dari geoipolitik maupun dari kenaikan disrupsi sisi supply, mendorong harga naik dan inflasi global dan mengakibatkan pengetatan.
“Kondisi ini menpengaruihi stabilitas keuangan, meningkatkan capital outflow, dollar index, suku bunga di Negara maju meningkat seiring dengan kenaikan inflasi. Dengan kondsisi global yang dinamis ini tentu tidak mudah menjaga pertumbuhan ekonomi. Ekonomi Indonesia tumbuh 5,4 persen di semester pertama, didukung ekonomi domestik yaitu konsumsi dan investasi dan dari eksternal yaitu ekspor. Kita juga melihat pengangguran dan kemiskinan sudah mulai menurun, dimana pengangguran 5,83% dan jumlah penduduk miskin turun dari 10 persen menjadi 9,54 persen,” ujar Sri Mulyani.
Menurut Sri Mulyani instrumen APBN menjadi paling penting, dan kinerja APBN hingga Juli melihat penerimaan Negara (pajak non pajak mengalami kenaikan 53%.
Peranan sektor keuangan sangat penting dalam menjaga stabilitas dan pemulihan ekonomi. Sebagai fungsi intermediasi yang penting, yang menghubungkan orang yang memiliki dana dan yang membutuhkan dana.
“Oleh sebab itu dibutuhkan strategi yang terintegrasi dan intensif untuk memberikan pemahaman produk-produk industri keuangan nasional. Pemahaman tersebut bukan hanya soal fitur unggulan, tapi juga soal aspek pengelolaan risikonya. Hal ini untuk memperkuat aspek perlindungan nasabah, dan memaksimalkan literasi keuangan,” jelasnya.
Sementara, Gubernur Bank Indonesia (BI) Ferry Warjiyo, mengatakan, di tahun ketiga dilakukan Like it, mari terus kita kembangkan pasar keuangan, kita tingkatkan jumlah investor ritel. Investor ritel tahun 2019, 2021 dan 2022. tahun 2019 sebanyak 2,5 juta, tahun 2021 tidak lebihh 5 juta, dan tahun 2022 meningkat menjadi 9,3 juta.
Hal tersebut di katakana Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat membuka literasi dan inklusi keuangan “Like It” seri 1, Jumat (12/8/2022), yang digelar lewat webinar, bersama-sama dengan Menteri Keuangan, Ketua DK LPS dan Ketua DK OJK.
Pada webinar bertajuk “Investing, Invest in Sustainable Instruments (Berkelanjutan Berinvestasi Pada Instrument Keuangan Berkelanjutan), Perry Warjiyo mengatakan bahwa pelaksanaan webinar hari ini adalah wujud sinergi yang kuat antara Kemenkeu, BI, LPS dan OJK, kata Ferry.
Perry Warjiyo berharap, lewat webinar “Like It” ini masyarakat memahami instrument industri keuangan, mendukung perekonomian dan memberikan kepastian kepada investor, memahami return & risk, bijak berinvestasi merencanakan keuangan, bijak membeli dan menjual. Itu lah semangat proklamasi, mari berinvestasi karena kita cinta Indonesia.(ENC-2)
Komentar