oleh

TMMD ke-117, Kodim 0212/TS, Sinergi Lintas Sektoral, Peningkatan Infrastruktur di Bumi Dalihan Na Tolu

-TABAGSEL, TNI-99 views

EKSISNEWS.COM, Tapanuli Selatan – Setiap daerah memiliki keunikannya tersendiri, termasuk juga Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara. Kita begitu uniknya, Indonesia Negara kita memiliki suku bangsa dan sub suku bangsa, jumlahnya tidak kurang dari 478 suku bangsa dan bahasa sebanyak 742/dialeg tentu keunikan itu tetap kita pelihara dalam ke Bhinekaan Tunggal Ika, kali ini salah satunya Bumi Dalihan Na Tolu.

Keunikan Indonesia sendiri berasal dari adat istiadat, tradisi dan kearifan lokal yang ada di Indonesia bukan hanya satu, setiap daerah bahkan memiliki kearifan lokalnya masing-masing khususnya Kabupaten Tapanuli Selatan yang dikenal dengan Bumi Dalihan Na Tolu.

Makna dari kearifan lokal atau pengertian dari kearifan lokal pada dasarnya sesuatu yang sudah ada di suatu wilayah sejak lama dan dilanjutkan dari generasi ke generasi berikutnya. Kearifan lokal adalah pandangan hidup suatu masyarakat di wilayah tertentu mengenai lingkungan alam tempat mereka tinggal. Pandangan hidup ini bisanya sudah berurat akar menjadi kepercayaan orang-orang di wilayah tersebut selama puluhan bahkan ratusan tahun.

Untuk mempertahankan kearifan lokal tersebut, para orang tua dari generasi sebelumnya dan lebih tua akan mewariskan kepada anak-anak mereka dan begitu seterusnya. Mengingat kearifan lokal adalah pemikiran yang sudah lama dan berusia ratusan tahun, maka kearifan lokal yang ada pada suatu daerah jadi begitu melekat dan sulit untuk dipisahkan dari masyarakat yang hidup di wilayah tersebut.

Kabupaten Tapanuli Selatan disebut Bumi Dalihan Na Tolu yang merupakan kearifan lokal, dimana “Dalihan Na Tolu” (surat Batak) artinya tungku yang tiga adalah konsep filosofis atau wawasan sosial – kultural yang menyangkut masyarakat dan budaya Batak/Angkola. Dalihan Na Tolu merupakan kerangka yang meliputi hubungan-hubungan kekerabatan darah dan hubungan perkawinan yang mempertalikan satu kelompok. Dalam adat Batak, Dalihan Na Tolu ditentukan dengan adanya 3 kedudukan fungsional sebagai suatu konstruksi sosial yang terdiri dari 3 hal yang menjadi dasar bersama. Ketiga tungku tersebut adalah : Mora (pemberi anak gadis), Kahanggi (kerabat satu marga) dan Anak Boru (penerima anak gadis) inilah pengertian secara umum kearifan lokal yang terbangun di Tapanuli Selatan Bumi Dalihan Na Tolu.

Sejak diketahui dan dimulainya pagi itu Rabu (12/7/2023) TMMD ke-117 Kodim 0212/TS tentunya masyarakat desa Sitaratoit/Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara merasa senang dan bersyukur desa mereka Sitaratoit/Sitinjak dimasuki satgas TMMD yang dahulunya di kenal dengan ABRI masuk desa.

Siang itu juga saat selesai pembukaan TMMD Ke-117 Kodim 0212/TS bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Tapanuli Selatan di lapangan Bola SMAN.1 Angkola Barat derap langkah prajurit TNI bersama personil lintas sektoral Kabupaten Tapanuli Selatan yang dipimpin Dansatgas TMMD Letkol Inf.Amrizal Nasution menyusuri jalan bukaan baru dari desa Sitaratoit-Sitinjak hingga puncak bukit Lubuk Raya. Meskipun saat itu cuaca tampak cerah, panas matahari tak menghambat sejumlah Forkopimda Tapsel antara lain : Bupati Tapanuli Selatan H. Dolly P.Pasaribu, Ketua DPRD Tapsel Abdul Basith Dalimunthe, Kajari Tapsel Siti Khodijah Harahap SH, Danyonif 123/Rajawali Letkol Inf Emick Nasution, wakil Walikota Padangsidimpuan Ir.Arwin Siregar, Sekda Madina Alamulhaq Dalimunthe, mewakili Kapolres Padangsidimpuan, mewakili Danyon C Brimob Poldasu dan para undangan lainnya yang ikut serta untuk meninjau langsung kondisi jalan bukaan baru areal TMMD ke-117 kodim 0212/TS.

Pembukaan dan peningkatan jalan baru sepanjang 8,3 km yang menghubungkan kelurahan Sitinjak dengan desa Sitaratoit yang dilaksanakan prajurit TNI bersama masyarakat dengan dukungan dana dari pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan ini diperkirakan berjalan 34 hari.

Ekskavator dan Vibratory Rollers (Bomaq) jenis alat berat pun diturunkan untuk progres percepatan pembukaan jalan bukaan baru, sebagai mana keterangan Dansatgas TMMD ke117 kodim 0212/TS Letkol Inf Amrizal Nasution program kegiatan TMMD ini berupa kegiatan fisik dan non fisik. Program fisik berupa pembangunan jembatan yang terbuat dari kayu yang dibangun bertujuan memperlancar transportasi penghubung antar desa-kecamatan, memperlancar tranportasi pada pelayanan kesehatan, pendidikan, pengangkutan hasil bumi warga setempat dan produktifitas pertanian.

Umumnya warga yang bekerja sebagai petani pekebun salak dan lainnya tentu membutuhkan peningkatan jalan untuk mengangkut hasil bumi ke pusat Kecamatan Angkola Barat. Pembangunan 8 titik jembatan kayu yang dikerjakan meskipun dalam cuaca panas dan hujan Prajurit TNI bersama warga Sitaratoit tetap bersemangat, tampak keceriaan di wajah prajurit dan warga sekitar setelah selesainya pembangunan jembatan titik ke-8, pembangunan jembatan terakhir, terang Dansatgas di lokasi TMMD.

Kegiatan TMMD bukan hanya menyasar fisik semata akan tetapi program Non Fisik berupa penyuluhan/sosialisasi yang menggandeng beberapa instansi pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dengan menghadirkan narasumber yang berkompeten.

Tampak sejumlah sosialisasi/penyuluhan yang dilakukan Satgas TMMD dibeberapa tempat baik itu sosialisasi wawasan kebangsaan (wasbang), hukum, pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup bahkan kegiatan olahraga bersama prajurit demi mewujudkan kemanunggalan TNI-Rakyat semakin kuat.

Ada cerita sewaktu Dansatgas TMMD ke-117 Kodim 0212/TS Letkol Inf Amrizal Nasution meninjau lokasi pengerjaan jembatan titik ke-3, saat seorang anak SD warga sekitar melintas, Dansatgas Letkol Inf Amrizal mengajak anak tsb bercengkerama dengan menanyakan seputaran pendidikannya, bagaimana ia ke sekolah, harapan dan cita-citanya kelak.

Ucok sapaan akrab bahasa Angkola/Mandailing yang berusia 8 tahun anak SD Negeri Sitaratoit menjawab pertanyaan Dandim seputaran pendidikan dan anak-anak seusianya yang bertempat tinggal di desa tersebut, ‘Alhamdulillah Pak, kami sebaya bersekolah semua dari rumah masing -masing berjalan kaki menuju sekolah terdekat untuk menimba ilmu demi masa depan, dengan dibangunnya jembatan ini ayah-ibu kami semakin mudah mengangkut hasil bumi, buah salak kami ke pekan (pasar tradisional) dipusat Kecamatan dan orang tua teman-teman saja juga pak’ terangnya, ‘duitnya kan buat jajan saya, abang dan kakak ke sekolah, ibu belanja ke dapur dan buat beli rokok ayah saja juga pak,’ ucapnya sambil tersenyum.

Penasaran Dandim menanyakan kembali, apa cita -citamu nak tanya Dandim Letkol Amrizal pada Ucok, sembari melihat ke pakaian loreng yang begitu gagah yang memakai sepatu boat merk ‘AP’, spontan Ucok menjawab ‘jadi Tentara Pak’ jawabnya tegas. Lalu Dandim bertanya kembali alasan apa Ucok ingin jadi tentara? Sambil berpikir sejenak Ucok menjawab pertanyaan Dandim, ‘saya ingin membanggakan kedua orang tua saya pak, kami kan tinggal di desa dengan keterbatasan tentu kalau saya jadi orang seperti Bpk banyak yang bisa saya perbuat’ ucapnya pada Dandim. ‘Seperti bapak-bapak prajurit ini bisa masuk desa, membangun kampung halaman’ jawabnya.

Dandim pun terharu, anak sekecil itu pun punya jawaban sederhana, tapi tidak semua orang bisa menjadi prajurit TNI yang dibanggakan, menorehkan nama baik institusi, keluarga dan dicintai rakyat, gumamnya dalam hati.

Waktu pun beranjak sore, kembali mengerjakan pembangunan jembatan, saat itu Dandim berpesan pada prajurit dan masyarakat yang terlibat pembangunan jembatan ‘mari kita gotong-royongkan pekerjaan-pekerjaan yang sudah kita rencanakan, kalau dikerjakan bersama-sama akan cepat selesai dan hasilnya lebih baik bak peribahasa “Berat sama di pikul, ringan sama di jinjing” ucap Dandim.

Kabupaten Tapanuli Selatan semula memiliki wilayah yang cukup luas mengalami pemekaran menjadi Induk pemekaran 5 Kabupaten/kota se-tabagsel yang terdiri dari Kota Padangsidimpuan, KabupatenTapanuli Selatan (induk), Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Padang Lawas dan Kabupaten Padang Lawas Utara dan sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah/Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Utara, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu Utara.

Kabupaten Tapanuli Selatan yang berdiri pada 14 November 1956 UU No.7 Tahun 1956 yang ber ibu kotakan Sipirok terdiri atas 15 kecamatan, 36 kelurahan dan 212 desa dengan luas wilayah mencapai 6.030.47 km² dan jumlah penduduk sekitar 314.887 jiwa (2021) dengan kepadatan penduduk 50 jiwa/km² yang di pimpin oleh Bupati H. Dolly Pasaribu, S.Pt dengan wakil Bupati Rasyid Assaf Dongoran periode (2021-2024) dengan demografi agama Islam 78,99%, Kristen 21,00% (Protestan 19,68%, Katolik 1,32%), Budha 0,01%, IPM 70,33 (2021).

Khususnya kawasan pedesaan yang membutuhkan sentuhan pembangunan secara merata baik itu fisik maupun non fisik. Desa Sitaratoit di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan meskipun mendapat Anggara Dana Desa tentu untuk pembukaan jalan baru dan peningkatan infrastruktur berupa pembangunan jembatan dan lainnya memerlukan tambahan anggaran yang tidak sedikit dan membutuhkan sokongan semua pihak.

Atas kepedulian Bapak Bupati Tapanuli Selatan H. Dolly P. Pasaribu melalui TMMD Ke-117 Kodim 0212/TS desa Sitaratoit ditunjuk menjadi lokasi pelaksanaan TMMD. Impian warga untuk bisa mendapatkan jalan yang baik khususnya transportasi produksi pertanian dapat terlaksana 8,4 km panjangnya.

Keberadaan prajurit TNI di lokasi desa Sitaratoit / Sitinjak menjadi kabar suka cita bagi seluruh masyarakat desa khususnya pemangku adat Dalihan Na Tolu (kearifan lokal) setempat. Tampak di lokasi bukaan jalan maupun pembangunan jembatan tubuh-tubuh tegap dan bersemangat yang berseragam loreng bahu membahu bersama masyarakat untuk merajut kemanunggalan TNI-Rakyat semakin kuat.

“Kami dari TNI membangun Sinergi Lintas Sektoral, termasuk pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, pemerintah desa dan masyarakat setempat untuk mewujudkan kemanunggalan TNI-Rakyat di wilayah sasaran TMMD ” kata Dandim 0212/TS Letkol Inf. Amrizal Nasution.

Guna mendukung suksesnya pembangunan melalui program TMMD, pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan menghibahkan sejumlah dana ditambah alokasi dana dari Mabes TNI. Berbekal dukungan program, pasca upacara Pembukaan TMMD ke-117 Personel TNI AD asal kodim 0212/TS mulai berjibaku ditengah medan tanah perbukitan.

Memang tak seperti di medan tempur mengangkat senjata melawan musuh negara, namun satgas TMMD kali ini berbekal senjata berupa cangkul, sekop, martil, linggis, pilongkii (bahasa daerah) dan logistik lainnya dibantu masyarakat dan perbantuan personel lintas sektoral daerah Kabupaten Tapanuli Selatan mengerjakan sejumlah program fisik tepat waktu dan berkualitas baik.

Letkol Inf. Amrizal Nasution menyebutkan bukan hanya kegiatan fisik saja yang kita kerjakan, ada juga program Non fisik berupa sosialisasi/penyuluhan yang sudah berjalan di beberapa tempat melibatkan kaum ibu-ibu / bapak-bapak, warga sekitar dan pelajar, terangnya.

Amrizal mengingatkan kembali dalam sambutan pembukaan TMMD ke-117 akan pentingnya semangat kegotong-royongan yang sudah menjadi kearifan lokal bangsa ilIndonesia bahkan dikenal sampai keluar negeri hingga target-target yang ingin kita capai bisa tepat waktu. Seiring berjalannya waktu, satu persatu kegiatan yang kita rencanakan telah tampak progresnya.

“Kami Masyarakat Sitaratoit /Sitinjak mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak-bapak TNI satgas TMMD ke-117 Kodim 0212/TS, sungguh bermanfaat bagi kami jalan bukaan baru, jembatan penghubung, perbaikan Mesjid (surau) Kampung, perbaikan Kamar Mandi Mesjid, Mandi Cuci Kakus (MCK), pelayanan kesehatan gratis, peningkatan perekonomian desa dan sosialisasi/penyuluhan yang kami ikuti bersama.

Mhd. Thohir P S.sos Camat Angkola Barat atas nama masyarakat merasa bersuka cita dan bersyukur atas kepedulian TNI yang sudah membangun infrastruktur guna pemerataan pembangunan di desa Sitaratoit/Sitinjak sampai ke Puncak Lubuk Raya, jika kita memandang dari atas tampak lah hamparan hijau nan indah “Bumi Dalihan Natolu ” yang semula di jaman kolonial Belanda perkebunan warga ini ditanam pohon teh yang pernah mengalami kejayaan, ucapnya.

Dalihan Na Tolu terangnya adalah kearifan lokal pemangku kepentingan desa yang bersifat lokal. Sedari awal masuknya program TMMD ini sudah mendukung sebab masyarakat yang ada dikampung desa Sitaratoit/Sitinjak dan sekitarnya saling memiliki hubungan kekerabatan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan segala kemudahan dan kelancaran dalam menjalankan tugas-tugas dan aktivitas sebutnya dalam Do’a.(ENC-P.Hsb)

Komentar

Baca Juga