MEDAN, Eksisnews.com – Saat ini, petani di pulau jawa kembali mengeluhkan adanya penurunan harga buah naga yang mencapai 2000 rupiah per Kg nya di banyuwangi. Namun kondisi berbeda di wilayah Sumatera Utara, dimana harga buah naga di tingkat pedagang masih sekitar 12 hingga 13 ribu per Kg nya. Sementara harga pembelian di tingkat petani di kabupaten Asahan Sumut sekitar 7000 per Kg nya.
“Ada perbedaan harga yang mencolok disitu. Saya memperkirakan akan ada titik keseimbangan baru bagi harga buah naga nantinya. Yang akan berlaku di seluruh penjuru tanah air. Hanya saja memang konsentrasi pengembangan buah naga ini tidak merata untuk setiap wilayah. Data menunjukan luas areal lahan tanam di banyuwangi melonjak lebih dari 100 persen lebih dalam kurun waktu 2012 ke 2017,” kata pengamat ekonomi, Gunawan Benyamin, Senin (28/1/2019).
Meskipun data di wilayah lain terkait dengan luas areal tanam buah naga tidak begitu tersaji dengan baik. Namun, katanya, tren pengembang-biakan buah naga di wilayah lain juga terbilang sangat signifikan. Tidak hanya terkonsentrasi di pulau jawa. Dimana di sejumlah wilayah lain seperti lampung maupun sumatera utara juga terus mengembangkan buah tersebut.
Pemicu maraknya petani menanam buah naga hanya satu, yakni keuntungan yang menjanjikan sebelumnya. Daya tarik harga buah naga sebelumnya yang sempat dijual dikisaran 40 ribuan per Kg di tingkat petani ditambah dengan permintaan yang tinggi membuat banyak petani berbondong-bondong menanam buah naga. Plus tanamannya juga terbilang tidak begitu sulit ditanam.
Disaat musim panen seperti yang terjadi saat ini, menurutnya, membuat harganya jatuh. Karena persediaannya terlampu banyak. Untuk mengatasi masalah harga buah naga tersebut memang dibutuhkan sebuah tempat penyimpanan atau gudang dengan teknologi pendingin atau cold storage, walaupun ada biaya tambahan karena biaya penggunaan gudang. Selanjutnya adalah distribusi buah naga itu sendiri ke wilayah lain. Dari wilayah yang surplus ke wilayah yang minus. Dan hilirisasi produk buah naga tersebut misal dijadikan jus kemasan, hingga kosmetik.
“Tetapi memang akan ada biaya tambahan menurut kita dari sisi pengiriman barang atau logistik, sehingga harga tidak akan langsung mengalami kenaikan di tingkat petani. Kalau diekspor kita akan berhadapan dengan harga buah naga dari negara lain. Di Australia petaninya juga mengeluhkan banyaknya serbuan buah naga dari Vietnam yang membuat petani di Australia merugi, dan beberapa petani menyatakan akan meninggalkan industri tersebut,” sebutnya.
Dikatakannya, masalah mendasar yang membuat harga buah naga ini turun adalah estimasi petani yang cenderung melihat keuntungan saja sebelumnya. Tanpa melihat resiko seperti jika buah naga ini berbondong-bondong di tanam oleh banyak petani. Bahkan lahan pertanian banyak berubah dari tanaman padi ke buah naga. Memang sebaiknya kedepan data terkait permintaan, persediaan, harga, luas areal tanaman, wilayah penanaman, dari masing masing wilayah tersedia.
Sehingga informasi yang tersaji itu akurat sebelum petani berinvestasi dengan menanam buah naga atau tanaman lainnya. Harga buah naga yang turun ini juga bukan hanya merugikan petani buah naga saja. Petani tanaman buah yang lain juga dirugikan. “Harga buah naga yang murah tersebut tentunya membuat kita konsumen cenderung membeli buah naga. Ada peralihan konsumsi dari buah lain ke buah naga atau substitusi karena harganya murah,” pungkasnya.(ENC-2)
Komentar